JOMBANG, JOINMedia.id – Desa Sumbermulyo Kecamatan Jogoroto selama ini dikenal sebagai sentra produsen tahu di Jombang.
Hal itu terjadi lantaran ada puluhan warga di desa Sumbermulyo yang memiliki usaha pabrik tahu.
Bahkan berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jombang, saat ini ada 91 pabrik tahu yang berdiri di Desa Sumbermulyo.
Dari 91 pabrik tersebut, ada ribuan warga yang menggantungkan hidupnya dari tahu.
Mereka ada yang menjadi buruh pabrik, sales tahu dan ada pula yang menjadi distributor/pemasok kedelai (bahan utama tahu).
Sebab kedelai yang bisa dipakai membuat tahu bukanlah kedelai lokal yang bisa didapat dengan mudah dari para petani, tetapi kedelai impor dari Amerika.
Salah satu distributor yang diuntungkan dengan banyaknya pabrik tahu di Sumbermulyo tersebut adalah Muhammad Alfian Dzulkifli (27), warga Desa Sumbermulyo sendiri.
Alfian mengaku terjun menjalankan usaha distributor kedelai sejak tahun 2021 silam.
“Saya mulai usaha ini tahun 2021 mas, saya cuma neruskan usaha ayah saya,” ujar Muhammad Alfian Dzulkifli kepada JOINMedia.id.
Karena meneruskan usaha orang tuanya, Alfian tidak pernah mendapatkan kesulitan dalam memasarkan kedelainya.
Setiap hari, ia hanya tinggal melayani pesanan kedelai dari para produsen tahu di Desa Sumbermulyo yang sudah sejak lama menjadi pelanggan orang tuanya.
“Perhari saya bisa jual rata-rata 30 ton, untuk melayani para perajin tahu di desa sini,” kata Alfian.
Dengan harga kedelai saat ini sebesar Rp 9500 perkilo, maka omset yang diraup Alfian cukup besar, mencapai Rp 285 juta perhari.

Namun meski hanya tinggal meneruskan usaha yang diwariskan orang tuanya, bukan berarti usaha Alfian berjalan mulus tanpa hambatan.
Karena adanya pembayaran pelanggan yang tersendat, beberapakali usaha Alfian nyaris macet.
“Ya namanya usaha mas, produksi tahu pelanggan saya tidak semua lancar sehingga pembayarannya kadang tertunda,” jelas Alfian.
Untuk menyelamatkan usahanya agar tetap bisa berjalan, bulan Desember tahun 2024 lalu Alfian mencoba mengajukan pinjaman modal ke BRI (Bank Rakyat Indonesia).
Hasilnya, ia mendapat pinjaman dana sebesar 1 milliar rupiah.
Uang tersebut dipakai oleh Alfian untuk mendatangkan pasokan kedelai, sehingga setiap hari ia tetap bisa melayani para pelanggannya.
“Alhamdulillah dapat pinjaman dari BRI sehingga usaha saya bisa terus jalan,” ujarnya.
Dibandingkan dengan bank lain, Alfian mengaku sengaja memilih BRI karena menilai bunganya rendah dan tidak memberatkan.
“Saya pilih BRI karena bunganya kecil, jadi bayar angsurannya insyaalah lebih ringan,” ucapnya.
Dengan pinjaman dari BRI tersebut, Alfian berharap usaha penjualan kedelainya bisa terus berjalan dengan lancar.***