JOMBANG, JOINMedia.id – Kerupuk pasir merupakan salah satu cemilan khas yang sangat disukai oleh masyarakat di Jombang.
Sesuai namanya, kerupuk pasir adalah kerupuk yang digoreng tidak menggunakan minyak goreng, tetapi menggunakan pasir yang telah dipanaskan.
Namun setelah matang, rasa gurih dan renyahnya tidak kalah dengan kerupuk yang digoreng menggunakan minyak.
Bahkan bagi para penyuka kerupuk, kerupuk pasir dianggap lebih aman dan sehat untuk dikonsumsi, karena tidak ada kandungan minyak di dalamnya.
Salah satu produsen kerupuk pasir yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat di Jombang adalah Teguh Arfianto (36), warga Desa/Kecamatan Bandarkedungmulyo Kabupaten Jombang.
Teguh mengaku telah menggeluti usaha produksi kerupuk pasir sejak tahun 2012 silam
Saat itu, Teguh terinspirasi oleh ayahnya yang berprofesi sebagai penggorengdan penjual kerupuk pasir.
Agar orang tuanya tidak membeli bahan kerupuk (krecek) kepada orang lain, Teguh berinisiatif membuat/memproduksi kerupuk krecek (sebutan untuk krupuk mentah yang belum digoreng) sendiri.
“Jadi awalnya itu saya mroduksi kerupuk krecek, hasilnya saya jual ke bapak saya selaku penggoreng dan penjualnya”, ujar Teguh.
Pekerjaan tersebut terus dijalankan oleh Teguh dengan penuh semangat.
“Saya bisa buat krecek rata-rata satu kwintal perhari”, jelasnya.
Terdorong oleh semangat untuk mengembangkan usahanya, pada tahun 2016 Teguh nekat mengajukan pinjaman modal ke BRI untuk membeli mesin produksi kerupuk.
Hal itu sengaja ia lakukan agar kapasitas produksinya bisa bertambah.
Atas dukungan dari orang tuanya, Teguh akhirnya mendapat pinjaman pertama dari BRI sebesar 50 juta rupiah.
Uang tersebut langsung dipakai oleh Teguh untuk membeli mesin produksi krupuk.
Dan benar saja, dengan mesin baru itu kapasitas produksi krupuk krecek Teguh meningkat hingga mencapai 3 kwintal perhari.
Kerupuk krecek tersebut dijual Teguh tidak hanya kepada ayahnya saja, tetapi juga pada penggoreng dan penjual krupuk pasir lain di Jombang.
Teguh merasa sangat senang, karena krupuknya laris manis sehingga pada tahun 2017 pinjamannya ke BRI bisa langsung ia bayar lunas.
“Alhamdulillah produksinya lancar dan penjualannya bagus, jadi tahun 2017 itu hutang saya di BRI langsung beres”, ucap Teguh dengan wajah senang.

Di tengah kegembiaraannya itu, pada tahun 2018, terjadilah bencana banjir besar yang merendam sejumlah Desa di wilayah Kecamatan Bandarkedungmulyo Jombang, termasuk di antaranya adalah rumah tempat produksi krupuk milik Teguh.
Akibatnya, seluruh peralatan termasuk mesin produksi krupuk yang dibanggakan oleh Teguh terendam banjir setinggi 1,5 meter.
Mesin tersebut tak bisa diselamatkan karena terendam banjir selama lebih dari sepekan.
Karena sudah tidak dapat diperbaiki, Teguh akhirnya terpaksa menjual mesin tersebut.
“Karena sudah nggak bisa dipakai lagi, terpaksa (mesin itu) saya jual sebagai barang rongsokan”, ungkapnya sedih.
Pada tahun 2019, Teguh diminta oleh ayahnya yang sudah berusia lanjut untuk menggantikan dan meneruskan usaha sebagai penggoreng dan penjual kerupuk matang.
Sejak itulah, ia mulai meninggalkan usaha produksi krupuk krecek.
Teguh fokus menjadi penggoreng dan penjual krupuk pasir.
Namun karena saat itu area penjualan yang diwariskan ayahnya hanya berkutat di wilayah Jombang saja, Teguh ingin mengembangkan area pasar krupuknya ke daerah-daerah lain.
“Untuk buka pasar baru itu kita kan belum dikenal, jadi harus naruh-naruh dulu (krupuknya) ke toko atau penjual, (mereka) bayarnya belakangan setelah krupuknya laku. Jadi kita perlu modal besar”, jelas Teguh.

Pada tahun 2019 Teguh kembali mengajukan pinjaman ke BRI hingga mendapatkan pinjaman modal lagi sebesar 50 juta rupiah.
Dengan modal tersebut, Teguh bisa menggenjot penggorengan krupuknya hingga mencapai 3 kwintal perhari.
Pasar yang disasar Teguh juga makin diperluas, di timur hingga ke Kabupaten Pasuruan, Mojokerto dan Surabaya. Sedangkan di wilayah barat, Teguh memasarkan krupuknya hingga ke Kabupaten Nganjuk, Madiun dan Ngawi.
Teguh merasa sangat senang karena pada tahun 2021 ia dapat melunasi pinjamannya ke BRI.
Namun bencana yang sulit dihindari kembali datang.
Munculnya wabah covid-19 pada tahun 2020, membuat usaha penggorengan dan penjualan krupuk pasir Teguh terpukul.
Masa covid-19 yang berkepanjangan juga membuat penjualan krupuk Teguh menurun dari sebelumnya 3 kwintal menjadi 1 kwintal perhari.
Ironisnya, meski covid-19 telah berlalu, kondisi tersebut hingga kini masih belum bisa pulih.
Diduga karena makin banyaknya pesaing, rata-rata penjualan krupuk pasir Teguh sekarang kurang dari 1 kwintal perhari.
Namun terlepas dari usahanya yang saat ini sedang nge-drop, Teguh mengaku merasa sangat senang pernah menjadi mitra dan mendapat pinjaman modal dari BRI.
“BRI itu sangat sangat membantu mas. Saya pernah pinjam ke beberapa bank lain, tapi saya ngerasakan paling nyaman itu di BRI’, ungkap Teguh.
“Di bank lain itu kalau (bayar angsurannya) telat hari saja kita sudah diuber-uber sampe sumpek, kalau di BRI telat hari itu masih ada toleransi, pokoknya bukan telat bulan ya”, jelasnya.
“Selain itu proses pengajuan pinjaman di BRI itu mudah, saya dua kali itu pinjam, dua hari langsung cair”, pungkasnya.***