JOMBANG, JOINMedia.id – Peristiwa menghebohkan kembali terjadi di Jombang.
Sebuah perahu penyebrangan yang sarat penumpang terseret arus deras sungai Brantas di Jombang. Jumat (29/11/24).
Lokasinya di perbatasan antara Kecamatan Megaluh Jombang dengan Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk.
Di atas perahu tersebut tampak ada puluhan warga, motor dan mobil yang naik.
Peristiwa itu terjadi karena arus sungai Brantas lebih deras dari biasanya.
Selain itu, di tengah sungai Brantas juga banyak enceng gondok yang hanyut terbawa arus sungai mengganggu kelancaran lalu lintas perahu.
Akibatnya, baling-baling perahu tersangkut tanaman enceng gondok sehingga mesinnya mati.
Beruntung, awak perahu berhasil melepaskan jeratan enceng gondok yang tersangkut baling-baling tersebut sehingga mesin perahu dapat segera dihidupkan kembali.
“Jauh mas, tadi terseret hampir dua ratus meter, panic semua tadi”, ujar Saukani, salah seorang penumpang perahu.
Perlahan-lahan, perahu yang bernama Nogo Joyo itu kemudian bisa berjalan menepi dan merapat di Dermaga sisi Megaluh Jombang.
Setelah menurunkan seluruh penumpangnya, perahu Nogojoyo tersebut bergegas kembali ke sisi Kecamatan jatikalen Nganjuk untuk bersandar dan tidak berani beroperasi kembali.
Hal ini, tentu saja membuat ribuan warga yang hendak menyebrangi sungai Brantas sepanjang hari Jumat tadi kebingungan.
Banyak dari mereka yang sudah menunggu berjam-jam di dermaga namun tak ada satupun perahu dari Nganjuk yang datang untuk menyeberangkan mereka.
“Arusnya deras mas, semua perahu berhenti, gak ada yang jalan”, ujar Rofii, salah satu penjual roti asal Jombang yang hendak mengirim dagangannya ke Jatikelan Nganjuk.
Rofii mengaku bingung dengan berhentinya perahu-perahu penyebrangan di antara dua Kabupaten tersebut.
Sebab jika harus mencari jalur lain, melewati Jembatan Ploso, jaraknya dari Megaluh Jombang menuju Jatikalen Nganjuk lebih jauh hingga puluhan kilometer.
Warga berharap, pemerintah segera membangun jembatan di perbatasan antara Kecamatan megaluh Jombang dengan Jatikalen Nganjuk.
Sebab menurut mereka, jalur tersebut merupakan jalur penyebrangan yang padat.
“Ada lima perahu di sini, tapi sekarang tidak berani jalan semua, arus sungainya kencang”, pungkas Rofii.***