JOMBANG, JOINMedia.id – Modal, kerap menjadi kendala bagi warga di Jombang untuk memulai usaha.
Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Anwar Yasin (58), warga Desa Kayangan Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
Atas saran temannya, Anwar Yasin nekat mengajukan pinjaman modal usaha ke BRI (Bank Rakyat Indonesia) pada tahun 2002 silam.
Saat itu, usaha yang dirintis Anwar Yasin adalah memproduksi tempe.
“Awalnya saya takut sama bank itu, tapi teman saya bilang, wis ta lah, cobaen (Sudahlah, coba saja)”, ujar Anwar Yasin menirukan ucapan temannya.
Saat pertama kali meminjam, Anwar Yasin mengaku hanya mendapat pinjaman modal satu juta rupiah.
Uang tersebut, kemudian ia pakai untuk membeli bahan dan peralatan membuat tempe.
Anwar Yasin merasa sangat senang, karena angsuran yang dikenakan BRI ternyata sangat rendah dan suku bunganya kecil.
“Dari satu juta itu angsurannya sangat terjangkau, hanya seratus ribu sekian perbulan selama satu tahun”, jelasnya.
Namun setahun kemudian Anwar Yasin merasa sedih, karena akibat persaingan ketat di pasar, penjualan dan produksi tempenya terus menurun.
“Saya mulai itu awalnya 30 kilo, tapi lama-lama turun jadi 10, lalu turun lagi jadi 5 kilo. Saya sampe mau nyerah waktu itu. Saya mau merantau kerja ke Jakarta”, kenang Anwar Yasin.
“Tapi teman saya bilang, jangan berhenti, sabar, kamu coba lagi”, kenangnya lagi.
Akhirnya Anwar Yasin mencoba mengajukan pinjaman lagi ke BRI.
Hasilnya, karena pada pinjaman pertama ia membayar angsuran dengan tertib, pada pinjaman kedua tersebut Anwar Yasin mendapat pinjaman dua juta rupiah.
Uang tersebut kemudian ia pakai untuk kembali bangkit.
Ia mulai lagi usaha tempenya dengan kapastitas produksi 30 kilogram kedelai perhari.

Tak hanya mengandalkan jualan di pasar, Anwar Yasin kemudian juga mencoba menawarkan tempenya ke pondok-pondok pesantren yang ada di Jombang.
Hasilnya, setelah melakukan survey dengan melihat tempat produksi tempenya yang bersih dan rasanya yang enak, beberapa pondok akhirnya mau menjadi pelanggan tetap.
Sejak itulah, produksi tempe Anwar Yasin terus meningkat menjadi 50 kilo, 80 kilo, dan sekarang menjadi 1 kwintal kedelai perhari.
Untuk mengembangkan usahanya tersebut, Anwar Yasin memilih tetap menggunakan jasa BRI sebagai penyokong modalnya.
“Dari program KUR (Kredit Usaha Rakyat) BRI, sekarang saya sudah dapat 50 juta, angsurannya tetap ringan, hanya sekitar 1,5 juta rupiah perbulan selama tiga tahun”, ungkap Anwar Yasin.
Anwar Yasin juga menjelaskan, untuk memproduksi tempe sebanyak 1 kwintal, ia harus mengeluarkan modal sebesar 800 ribu rupiah.
Namun setelah dipasarkan, ia dapat mengantongi omset rata-rata dua juta rupiah perhari.
“Jadi keuntungannya itu sekitar 1,2 juta perhari atau kalau sebulan rata-rata ya 30 an juta”, jelas Anwar yasin.
Anwar Yasin merasa sangat senang karena sejak awal memulai usaha hingga saat ini, BRI terus menjadi teman yang setia mendukung permodalan usahanya.
Bahkan saat ini, menurut Anwar Yasin, usahanya tidak hanya tempe saja, tapi juga mulai mengembang ke keripik tempe.
“Untuk pengembangan, kalau keripik tempe itu yang buat istri saya”, ujar Anwar Yasin.

Setiap hari, Wiwik Sadarwati (36), istri Anwar yasin, memproduksi keripik tempe rata-rata 5 kilogram.
Keripik tempe tersebut kemudian dijual oleh Wiwik seharga 60 ribu rupiah perkilo.
“Modal membuat keripik tempe itu 40 ribu perkilo, tapi kalau sudah jadi keripik beratnya menjadi satu setengah kilo sehingga bisa dijual 90 ribu, jadi untungnya 50 ribu”, jelas Wiwik.
Ditanya mengenai kisahnya bersama suami menjalankan usaha dengan dukungan modal dari BRI selama puluhan tahun, Wiwik juga mengaku merasa sangat senang.
“Senang banget, BRI membantu banget”, ujar Wiwik.***